Mata Pencaharian utama warga kota Tuban

Warga Kota Tuban memiliki pekerjaan yang beragam. Tingkat ekonomi yang berbeda adalah indikasi dari tipe pekerjaan yang tidak sama pula. Tiada data yang akurat mengenai mata pencaharian warga Kota Tuban. Data yang ada rentan terhadap kesalahan dan karena itu pada artikel ini tidak disertakan. Pada umumnya warga masyarakat Kota Tuban bekerja sebagai petani penggarap sawah. Jumlah sawah yang tak sebanding dengan banyaknya warga yang menjadi petani mengakibatkan lebih banyak dari mereka yang menjadi buruh sawah. Menjadi petani bukanlah pilihan warga kota Tuban meskipun pekerjaan tersebut merupakan beberapa pekerjaan penting yang sangat mulia. para pemuda penerus bangsa lebih bangga menjadi pegawai daripada petani. Inilah realita hidup yang tak bisa dipungkiri. Menjadi petani di tanah yang subur ini tak begitu banyak menghasilkan daripada yang bekerja menjadi pegawai. Sebuah hal yang seharusnya bisa diperbaiki.

Sebagai petani, taraf hidup warga masyarakat Kota Tuban tak sedikit yang di bawah rata-rata indeks kemiskinan. Meski begitu, tak pernah dijumpai warga Kota Tuban meninggal karena kelaparan. Hanya masalah kurang gizi yang masih setia membelit kawula alit. Rata-rata warga kota Tuban yang dulunya merupakan petani kini telah meninggalkan pekerjaan lama mereka. Di samping berkurangnya tanah untuk pertanian, banyak dari mereka telah mengenyam pendidikan yang cukup tinggi sehingga memilih menjadi pekerja swasta atau negeri. Inilah hal yang selalu membuat khawatir di kemudian hari. Jika tak ada lagi petani di negeri ini, sanggupkah bangsa ini mempertahankan nama negara penghasil padi? fakta yang membuat setiap petani terdiam memikirkannya.

Seyogianya pemerintah mengedepankan sekolah pertanian karena hal itu sangat relevan dengan kondisi di masyarakat yang rata-rata petani. dengan ilmu pengetahuan yang tinggi tentang pertanian, takkan mungkin mereka meninggalkan identitas lama mereka sebagai petani dan bangsa ini akan sanggup membawa nama besar sebagai negara pertanian swasembada pangan.

Selain sebagai petani, banyak pula warga masyarakat yang menjadi pengusaha dan hidup berwiraswasta. Akhir tahun belakangan ini, warga masyarakat Kota Tuban cenderung konsumerisme akibat dari banyaknya produk-produk yang masuk tanpa henti. Hal ini membuat banyak orang memilih bekerja swasta dengan harapan untuk memperbaiki hidup menuju taraf yang lebih baik. Tak sedikit warga kota Tuban yang mengabdi pada pemerintah dengan menjadi pegawai negeri juga dengan tujuan yang sama.

Nelayan merupakan mata pencaharian yang juga bisa dijumpai di kota Tuban. Di sepanjang jalur PANTURA (Pantai utara pulau Jawa), bisa dengan mudah dijumpai perkampungan nelayan yang hidup seadanya. Mereka melaut pada malam hari dan kembali keesokan harinya. Tak jarang yang mengais rezeki hingga beberapa Minggu meninggalkan daratan.

Beragamnya mata pencaharian warga masyarakat Kota Tuban merupakan sebuah berkah yang wajib disyukuri. Meski begitu, banyak hal bisa diperbaiki menjadi lebih baik lagi. Ada banyak cara untuk memulainya. Berdoa adalah sebuah cara untuk memohon kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Empat mata pencaharian yang banyak dijumpai di Kota Tuban adalah:

  1. Petani dan penggarap lahan.
  2. Pekerja Swasta atau pengusaha.
  3. Pegawai negeri atau instansi.
  4. Nelayan yang mencari ikan.

Beberapa mata pencaharian lainnya juga masih ada. Diperkirakan beragam mata pencaharian lainnya juga banyak dilakukan oleh warga Kota Tuban. Yang ada disini hanyalah sebagian kecil yang mewakili hampir keseluruhan mata pencaharian warga Kota Tuban.

Moch Rifai

Moch Rifai adalah seorang Webmaster yang berasal dari kota Tuban Jawa Timur. Cita-citanya untuk memperkenalkan hal-hal menarik yang ada di kota kelahirannya adalah alasan utama terciptanya blog ini.

Artikel Terkait

2 Komentar

  1. Indar

    Hmm, kalau standard UMR kota tuban untuk pengajar berapa ya bos?

    1. Sebuah pertanyaan yang menarik namun agak sulit dijawab. UMR ditetapkan untuk melindungi pekerja dalam konteks ini adalah guru atau pengajar. UMR Kota Tuban untuk pengajar sepertinya masih perlu revisi. Dalam beberapa hal masih ada beberapa pahlawan tanpa tanda jasa yang masih sulit bertahan hanya dari gajinya selama mengajar. Agak miris jika harus menyebut nilai UMR-nya. :)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button